MODEL PENGELOLAAN STOK DAN KONSUMSI BERAS BERBASIS DECISION SUPPORT SYSTEM PADA ERA OTONOMI DAERAH (OTDA)

Beras telah menjadi bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini terutama disebabkan beras telah semakin banyak diproduksi, tersedia dan mudah diperoleh di setiap saat dan setiap tempat. Dominasi beras dalam konsumsi pangan masyarakat dan kemudahannya dalam penyimpanan, distribusi dan penyajian, telah mendorong pemerintah dan masyarakat membangun cadangan pangan dalam bentuk beras atau gabah.

Cadangan pangan terutama beras merupakan komponen yang sangat penting dalam penyediaan pangan, karena dapat difungsikan sebagai stabilitor pasokan pangan pada saat produksi atau pasokan tidak mencukupi. Informasi mengenai stok beras ini sangat penting untuk mengetahui situasi katahanan pangan, baik di tingkat rumah tangga, kabupaten,wilayah maupun nasional. Informasi stok beras pemerintah relatif lebih mudah diperoleh karena penyelenggaranya adalah instansi pemerintah (pada saat ini Bulog). Namun demikian, informasi mengenai stok gabah/beras di masyarakat lebih sulit diperoleh dan data stok ini tidak tersedia secara rutin.
Di sisi lain data stok ini sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan sektor pertanian karena
menyangkut ketersediaan pangan di suatu wilayah

Informasi ketersediaan dan kebutuhan yang dihitung dari konsumsi dan stok beras sangat diperlukan oleh para pengambil kebijakan apakah harus melakukan impor atau tidak, apakah harus mendatangkan beras dari wilayah lain atau tidak,apakah cadangan beras mencukupi dan harga terjangkau. Untuk bisa menjawab permasalahan tersebut maka diperlukan survei stok dan konsumsi gabah/beras di suatu wilayah.

Konsumsi beras per kapita berdasarkan Susenas 2005 adalah sebesar 1.844 kg/kapita/minggu atau 0.2634 kg/kapita/hari atau 95.888 kg/kapita/tahun. Nilai tersebut hanya konsumsi rumah tangga, belum termasuk konsumsi di luar rumah tangga.

Konsumsi di luar rumah tangga berupa makanan yang dibeli dari luar dan tidak diolah di rumah. Perhitungan kebutuhan beras membutuhkan data konsumsi langsung yaitu konsumsi di rumah tangga dan konsumsi di luar rumah tangga. Untuk ketepatan perhitungan kebutuhan beras perlu dilakukan penelitian konsumsi beras rumah tangga maupun konsumsi makanan jadi berbahan baku beras di luar rumah tangga. Jika angka konsumsi makanan yang dibeli di luar rumah tangga dapat diduga besarnya, maka angka tersebut dapat menjadi perbandingan dengan konsumsi rumah tangga atau berapa persen konsumsi makanan jadi di luar rumah tangga dibandingkan dengan konsumsi rumah tangga. Hasil penelitian nanti diharapkan memperoleh angka konsumsi langsung yaitu konsumsi rumah tangga ditambah dengan konsumsi luar rumah tangga.

Dengan adanya model pengelolaan stok dan konsumsi beras di rumah tangga petani produsen dan rumah tangga petani konsumen serta tersediannya data rata-rata konsumsi beras per kapita per tahun,sehingga dapat menduga total stok dan total konsumsi di suatu wilayah. Di samping itu, dengan adanya sistem pendukung pengambilan keputusan ini diharapkan dapat disajikan data dan informasi neraca beras yang berkaitan dengan pengambilan keputusan perlunya impor beras dalam rangka mendukung ketahanan pangan di Indonesia

analisa yang dilakukan untuk model pengelolaan stok beras adalah sebagai berikut
  • Membuat analisis deskripsi stok dan konsumsi (rataan, median, rasio stok terhadap produksi dan lain-lain).
  • Membangun model pendugaan (menurut survei dan model) total stok pada rumah tangga petani.
  • Menghitung rataan konsumsi beras per kapita dan menghitung rataan konsumsi makanan jajanan berbahan baku beras
Secara umum pemegang stok gabah/beras dibagi menjadi dua yaitu: Pemerintah dan Masyarakat. Besaran stok di pemerintah relatif lebih mudah diketahui, sedangkan besaran stok di masyarakat tidak mudah untuk diketahui setiap saat. Untuk menduga stok dengan lebih obyektif dilakukan melalui survei yang membutuhkan dana yang tidak sedikit dan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu penggunaan model untuk mengestimasi stok beras di masyarakat sangat diperlukan, walapun tingkat akurasinya tidak sebaik survei namun penyajian datanya cepat tanpa dana yang besa